Di dalam hutan dekat sebuah danau yang jernih. Tampak sekelompok anak
muda sedang mempersiapkan diri untuk berkemah di sana.
Ketika mereka sedang sibuk menjalankan tugasnya masing-masing. Tiba-tiba
dari balik tumpukan tas yang disimpan terdengar suara ringtone handphone
memanggil-manggil.
“Loh suara handphone siapa tuh?” tanya seorang pemuda yang sedang
memasang tenda.
“Kagak tau yah. Yang pasti itu bukan punya gue. Di sini handphone gue sinyalnya
kosong,” jawab teman di sebelahnya.
“Iya punya gue juga sama.”
“Sipidii…! Itu suara handphone yang bunyi punya kamu bukan?!” terdengar
nyaring sebuah teriakan memanggil seorang cowok yang sedang anteng
mempersiapkan ranting untuk keperluan memasak dan api unggun.
“Oh iya, itu suara handphone aku.” Sipidi langsung berlari mencari tasnya
yang berada di antara tumpukan barang-barang.
“Kok handphone elo ada sinyalnya sih?” tanya seorang temannya yang lain.
“Handphone aku kan pakai Telkomsel, jaringannya luas,” jawab Sipidi.
Setelah menemukan handphone yang dicari, Sipidi segera mengangkat teleponnya
ketika mengetahui bahwa Profesor Jeniyus yang menghubunginya.
“Halo… ada apa, Prof?”
“Ya halo, Sipidi kamu sedang ada di mana? Segeralah kamu datang ke markas
sekarang juga.”
“Prof, aku kan baru sampai di hutan nih mau kemah. Masa harus langsung
balik lagi?”
“Sipidi, ini statusnya siaga satu dan gawat darurat. Telkom City sedang
terancam bahaya.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan segera ke sana sekarang juga.”
Selesai berpamitan pada ke empat temannya dengan alasan ada kepentingan
mendesak, Sipidi akhirnya diizinkan kembali seorang diri. Walaupun sebelumnya
sempat ada seorang teman yang memaksa untuk menemani, namun Sipidi bersikeras
menolaknya.
Setelah berjalan menempuh beberapa kilo meter dan jauh dari lokasi kemah,
Sipidi lalu berhenti sejenak, “Situasi aman. Saatnya berubah.”
“SUPERSPEEDY….” Dengan seketika, Sipidi berubah menjadi superhero dan
melesat terbang ke angkasa.
***
Sebuah kota yang tadinya tenang dan aman serta warganya yang santun kini
sedang menghadapi teror. Telkom City mendapat serangan dari lima pesawat asing
yang menyerupai piring terbang dan membuat kekacauan dimana-mana.
Pasukan tempur Angkatan Udara pun sudah dikerahkan. Namun semuanya gagal
dan dapat dilumpuhkan. Begitu pula dengan armada militer darat yang dibuat
tidak berkutik.
Di markas Telkom Indonesia, kedatangan Superspeedy langsung disambut oleh
Profesor Jeniyus dan langsung diajak ke ruang kontrol.
“Coba lihat lihat ini,” kata Profesor Jeniyus menyalakan tayangan
Telkomvision. Semua stasiun televisi menyiarkan serangan-serangan yang
dilancarkan oleh pesawat alien-alien itu. Kerusakan dan korban mulai berjatuhan
dimana-mana.
“Mereka siapa, Prof?”
“Mereka berasal dari Planet Gagarin.” Profesor mulai menceritakan hasil
percakapan yang sudah dilakukan dengan pimpinan pasukan alien itu dengan menggunakan
gelombang Wifi Indonesia. Bahwa para alien meminta Telkom City untuk tunduk
pada kekuasaan Planet Gagarin dan menyerahkan seluruh sumber energi yang ada
untuk kepentingan mereka. Jika menolak maka akan direbutnya dengan paksa.
“Namun kami lebih memilih mempertahankan Telkom City dengan mengerahkan
seluruh armada perang yang ada daripada harus menyerah dan menjadi budak mereka.
Tetapi semua serangan yang kita lancarkan dapat mereka patahkan dengan mudah,”
jelas Profesor kembali.
“Lalu darimana mereka datangnya, Prof. Kenapa alien-alien itu bisa dengan
mudahnya masuk ke Telkom City?”
Profesor lalu memerintahkan salah satu stafnya untuk mengaktifkan UseeTV, “Dengan ini kita bisa melihat siaran sehari sebelumnya.”
“Nah ini ada pemberitaan video yang meliput cara mereka memasuki Telkom
City,” jelas Profesor Jeniyus kembali.
Berdasarkan dari tayangan tersebut terlihat dua buah menara pemancar yang
tiba-tiba menghasikan gelombang energi listrik saling beradu di udara sehingga
membentuk sebuah lingkaran lubang hitam yang diyakini sebagai lorong waktu
galaksi. Dari lubang hitam itulah kelima pesawat asing itu muncul berbuat keonaran.
“Prof ada sambungan komunikasi dari Pak Walikota di line 2 Telkom Flexi,”
kata seorang staf melaporkan.
“Cepat sambungkan!” seru Profesor.
Seluruh ruangan hening mendengarkan suara Pak Walikota, “Superspeedy,
tolong selamatkan Telkom City dari kekacauan ini. Hanya tinggal kamu harapan
kami satu-satunya, the world in your hand.”
“Baiklah Pak Walikota, akan segera kita akhiri teror ini.”
Sambungan pun terputus karena Pak Walikota beserta warga harus segera diungsikan
ke tempat yang lebih aman.
Berdasarkan hasil pantauan Speedy Monitoring, kelima pesawat piring
terbang itu kini sedang berada di sekitar lokasi munculnya lubang hitam.
Melalui buku elektronik Qbaca, Profesor lalu memaparkan hasil penelitian yang berhasil
didapatkannya kepada Superspeedy. Rencana dan strategi mulai disusun. Berbekal
Konten Speedy, Superspeedy langsung terbang meninggalkan markas Telkom Indonesia.
***
Ngung… ngung… ngung… suara pesawat piring alien terdengar begitu
menyeramkan. Dari kelima pesawat tersebut, Superspeedy melihat ada satu pesawat
yang ukurannya cukup besar, “Mungkin itu pemimpin pasukannya.”
Mengetahui ada sebuah ancaman, dua pesawat alien langsung datang menghadang.
Aksi kejar-kejaran di angkasa pun terjadi. Tembakan sinar laser terus
dilancarkan. Namun dengan beban yang ringan Superspeedy dengan mudah dapat menghindari.
Dengan sedikit melakukan manuver terbang. Kedua pesawat piring terbang
tersebut melakukan kesalahan dan tidak dapat mengontrol laju terbang sehingga
keduanya saling bertabrakan dan meledak.
Dua pesawat lainnya pun datang mengejar. Dengan kecepatan tinggi,
Superspeedy terbang melesat menghampiri. Tembakan sinar laser dilepaskan salah
satu pesawat piring terbang dan dengan gesit Superspeedy menghindar terbang ke
atas pesawat musuh. Dengan Konten Speedy mulailah Superspeedy memberondongnya
dengan tembakan hingga meledak.
Satu pesawat terbang pergi menjauh, namun Superspeedy berhasil meraih
bagian belakang pesawat, menariknya dan diputar-putar. Lalu dihempaskan ke arah
satu pesawat alien yang paling besar. Tetapi sebelum pesawat itu berbenturan.
Pesawat alien yang berukuran besar langsung menembakkan sinar laser ke arah
pesawat anak buahnya sendiri hingga hancur.
Kini Superspeedy saling berhadapan dengan satu pesawat alien yang
tersisa.
“Ciaaat…” Superspeedy terbang melesat mendekat sembari memberondong senjatanya
ke arah pesawat pimpinan alien tersebut.
Piring terbang itu bergeming seperti tidak merasakan apapun dampak dari
serang Superspeedy hingga akhirnya sesuatu yang tidak diduga terjadi. Sebuah
tembakan laser dilepaskan hingga mengenai bahu Superspeedy yang lengah.
“Akh… bahuku tertembak,” pekik Superspeedy. Dirinya mundur menjauh, Konten Speedy yang
dilontarkan ternyata tidak mempan terhadap piring terbang besar itu.
“Baiklah hanya tinggal ini satu-satunya cara,” gumamnya.
Superspeedy lalu menyerang kembali dengan cara yang sama. Ketika pesawat
alien menembakkan sinar lasernya, Superspeedy langsung melesat ke atas piringan
terbang tersebut.
“Ini saatnya! Jaring Telkom Speedy….!” Superspeedy melepaskan jerat
jaringnya hingga menutupi seluruh bagian pesawat itu.
Dengan tenaga super yang dimiliki, Superspeedy mulai menariknya dan melontarkan
jauh hingga masuk ke dalam lubang hitam yang masih terbuka.
“Profesor…! Tembakkan sekarang…!” teriak Superspeedy berbicara melalui
gelombang Wifi Indonesia.
Di markas Telkom Indonesia, Profesor Jeniyus segera mengambil komando, “Tembakkan
sinar Melon Indonesia segera…!”
Sinar Melon Indonesia yang berwarna hijau langsung melesat menuju lubang hitam yang menganga. Pancaran sinar yang berasal dari kombinasi frekuensi musik itu, berusaha mengacaukan tatanan partikel yang terbentuk pada lubang hitam. Usaha itu membuahkan hasil, karena perlahan-lahan lubang hitam itu mulai mengecil dan intensitas penyerapan energi listriknya semakin berkurang.
Namun teror itu
belum selesai karena bagian depan pesawat asing alien masih berusaha menerobos kembali ke dalam lubang hitam yang semakin mengecil agar dapat masuk ke dalam Telkom City.
“Gawat, pesawat alien itu berusaha menembus lubang hitam. Kalau ini
sampai terjadi keadaan di Telkom City akan kembali mencekam.”
Superspeedy tidak habis akal, dirinya lalu terbang mendekati kedua menara
dan memasang jaring Telkom Speedy pada setiap ujungnya.
“Hiaaaat….” Superspeedy dengan kekuatan penuh menarik kedua menara itu
hingga roboh. Lubang hitam pun semakin mengecil hingga akhirnya menghilang dari
pandangan.
“Horeee… berhasil…!” sorak-sorai terdengar menggema di markas Telkom Indonesia.
Melalui gelombang Wifi Indonesia, Profesor menghubungi Superspeedy, “Selamat
ya, kita telah meraih kemenangan. Oh iya, tadi Pak Walikota menelepon
menitipkan ucapan terima kasih untukmu.”
“Hehe… Ini benar-benar hari yang melelahkan,” balas Superspeedy.
“Jadi apa rencanamu sekarang? Ayolah kembali ke markas, kita rayakan
kemenangan ini.”
“Terima kasih, Prof. Sepertinya aku akan kembali ke hutan melanjutkan
perkemahan yang tertunda,” jawab Superspeedy sambil tersenyum.
Superspeedy lalu melesat terbang, menjauhi Telkom City. Menuju sisi kota
yang masih asri dengan kehidupan alamnya.
“Be A Superspeedy, The World in Your Hand”
- Tamat
-