31 Desember 2012

Teror Di Telkom City



Di dalam hutan dekat sebuah danau yang jernih. Tampak sekelompok anak muda sedang mempersiapkan diri untuk berkemah di sana.
Ketika mereka sedang sibuk menjalankan tugasnya masing-masing. Tiba-tiba dari balik tumpukan tas yang disimpan terdengar suara ringtone handphone memanggil-manggil.
“Loh suara handphone siapa tuh?” tanya seorang pemuda yang sedang memasang tenda.
“Kagak tau yah. Yang pasti itu bukan punya gue. Di sini handphone gue sinyalnya kosong,” jawab teman di sebelahnya.
“Iya punya gue juga sama.”
“Sipidii…! Itu suara handphone yang bunyi punya kamu bukan?!” terdengar nyaring sebuah teriakan memanggil seorang cowok yang sedang anteng mempersiapkan ranting untuk keperluan memasak dan api unggun.
“Oh iya, itu suara handphone aku.” Sipidi langsung berlari mencari tasnya yang berada di antara tumpukan barang-barang.
“Kok handphone elo ada sinyalnya sih?” tanya seorang temannya yang lain.
“Handphone aku kan pakai Telkomsel, jaringannya luas,” jawab Sipidi.
Setelah menemukan handphone yang dicari, Sipidi segera mengangkat teleponnya ketika mengetahui bahwa Profesor Jeniyus yang menghubunginya.
“Halo… ada apa, Prof?”
“Ya halo, Sipidi kamu sedang ada di mana? Segeralah kamu datang ke markas sekarang juga.”
“Prof, aku kan baru sampai di hutan nih mau kemah. Masa harus langsung balik lagi?”
“Sipidi, ini statusnya siaga satu dan gawat darurat. Telkom City sedang terancam bahaya.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan segera ke sana sekarang juga.”
Selesai berpamitan pada ke empat temannya dengan alasan ada kepentingan mendesak, Sipidi akhirnya diizinkan kembali seorang diri. Walaupun sebelumnya sempat ada seorang teman yang memaksa untuk menemani, namun Sipidi bersikeras menolaknya.
Setelah berjalan menempuh beberapa kilo meter dan jauh dari lokasi kemah, Sipidi lalu berhenti sejenak, “Situasi aman. Saatnya berubah.”
“SUPERSPEEDY….” Dengan seketika, Sipidi berubah menjadi superhero dan melesat terbang ke angkasa.


***

Sebuah kota yang tadinya tenang dan aman serta warganya yang santun kini sedang menghadapi teror. Telkom City mendapat serangan dari lima pesawat asing yang menyerupai piring terbang dan membuat kekacauan dimana-mana.

Pasukan tempur Angkatan Udara pun sudah dikerahkan. Namun semuanya gagal dan dapat dilumpuhkan. Begitu pula dengan armada militer darat yang dibuat tidak berkutik.
Di markas Telkom Indonesia, kedatangan Superspeedy langsung disambut oleh Profesor Jeniyus dan langsung diajak ke ruang kontrol.
“Coba lihat lihat ini,” kata Profesor Jeniyus menyalakan tayangan Telkomvision. Semua stasiun televisi menyiarkan serangan-serangan yang dilancarkan oleh pesawat alien-alien itu. Kerusakan dan korban mulai berjatuhan dimana-mana.
“Mereka siapa, Prof?”
“Mereka berasal dari Planet Gagarin.” Profesor mulai menceritakan hasil percakapan yang sudah dilakukan dengan pimpinan pasukan alien itu dengan menggunakan gelombang Wifi Indonesia. Bahwa para alien meminta Telkom City untuk tunduk pada kekuasaan Planet Gagarin dan menyerahkan seluruh sumber energi yang ada untuk kepentingan mereka. Jika menolak maka akan direbutnya dengan paksa.
“Namun kami lebih memilih mempertahankan Telkom City dengan mengerahkan seluruh armada perang yang ada daripada harus menyerah dan menjadi budak mereka. Tetapi semua serangan yang kita lancarkan dapat mereka patahkan dengan mudah,” jelas Profesor kembali.
“Lalu darimana mereka datangnya, Prof. Kenapa alien-alien itu bisa dengan mudahnya masuk ke Telkom City?”
Profesor lalu memerintahkan salah satu stafnya untuk mengaktifkan UseeTV, “Dengan ini kita bisa melihat siaran sehari sebelumnya.”
“Nah ini ada pemberitaan video yang meliput cara mereka memasuki Telkom City,” jelas Profesor Jeniyus kembali.
Berdasarkan dari tayangan tersebut terlihat dua buah menara pemancar yang tiba-tiba menghasikan gelombang energi listrik saling beradu di udara sehingga membentuk sebuah lingkaran lubang hitam yang diyakini sebagai lorong waktu galaksi. Dari lubang hitam itulah kelima pesawat asing itu muncul berbuat keonaran.
“Prof ada sambungan komunikasi dari Pak Walikota di line 2 Telkom Flexi,” kata seorang staf melaporkan.
“Cepat sambungkan!” seru Profesor.
Seluruh ruangan hening mendengarkan suara Pak Walikota, “Superspeedy, tolong selamatkan Telkom City dari kekacauan ini. Hanya tinggal kamu harapan kami satu-satunya, the world in your hand.”
“Baiklah Pak Walikota, akan segera kita akhiri teror ini.”
Sambungan pun terputus karena Pak Walikota beserta warga harus segera diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Berdasarkan hasil pantauan Speedy Monitoring, kelima pesawat piring terbang itu kini sedang berada di sekitar lokasi munculnya lubang hitam.     
Melalui buku elektronik Qbaca, Profesor lalu memaparkan hasil penelitian yang berhasil didapatkannya kepada Superspeedy. Rencana dan strategi mulai disusun. Berbekal Konten Speedy, Superspeedy langsung terbang meninggalkan markas Telkom Indonesia.
***
Ngung… ngung… ngung… suara pesawat piring alien terdengar begitu menyeramkan. Dari kelima pesawat tersebut, Superspeedy melihat ada satu pesawat yang ukurannya cukup besar, “Mungkin itu pemimpin pasukannya.”
Mengetahui ada sebuah ancaman, dua pesawat alien langsung datang menghadang. Aksi kejar-kejaran di angkasa pun terjadi. Tembakan sinar laser terus dilancarkan. Namun dengan beban yang ringan Superspeedy dengan mudah dapat menghindari.
Dengan sedikit melakukan manuver terbang. Kedua pesawat piring terbang tersebut melakukan kesalahan dan tidak dapat mengontrol laju terbang sehingga keduanya saling bertabrakan dan meledak.
Dua pesawat lainnya pun datang mengejar. Dengan kecepatan tinggi, Superspeedy terbang melesat menghampiri. Tembakan sinar laser dilepaskan salah satu pesawat piring terbang dan dengan gesit Superspeedy menghindar terbang ke atas pesawat musuh. Dengan Konten Speedy mulailah Superspeedy memberondongnya dengan tembakan hingga meledak.
Satu pesawat terbang pergi menjauh, namun Superspeedy berhasil meraih bagian belakang pesawat, menariknya dan diputar-putar. Lalu dihempaskan ke arah satu pesawat alien yang paling besar. Tetapi sebelum pesawat itu berbenturan. Pesawat alien yang berukuran besar langsung menembakkan sinar laser ke arah pesawat anak buahnya sendiri hingga hancur.
Kini Superspeedy saling berhadapan dengan satu pesawat alien yang tersisa.
“Ciaaat…” Superspeedy terbang melesat mendekat sembari memberondong senjatanya ke arah pesawat pimpinan alien tersebut.
Piring terbang itu bergeming seperti tidak merasakan apapun dampak dari serang Superspeedy hingga akhirnya sesuatu yang tidak diduga terjadi. Sebuah tembakan laser dilepaskan hingga mengenai bahu Superspeedy yang lengah.
“Akh… bahuku tertembak,” pekik Superspeedy.  Dirinya mundur menjauh, Konten Speedy yang dilontarkan ternyata tidak mempan terhadap piring terbang besar itu.
“Baiklah hanya tinggal ini satu-satunya cara,” gumamnya.
Superspeedy lalu menyerang kembali dengan cara yang sama. Ketika pesawat alien menembakkan sinar lasernya, Superspeedy langsung melesat ke atas piringan terbang tersebut.
“Ini saatnya! Jaring Telkom Speedy….!” Superspeedy melepaskan jerat jaringnya hingga menutupi seluruh bagian pesawat itu.
Dengan tenaga super yang dimiliki, Superspeedy mulai menariknya dan melontarkan jauh hingga masuk ke dalam lubang hitam yang masih terbuka.
“Profesor…! Tembakkan sekarang…!” teriak Superspeedy berbicara melalui gelombang Wifi Indonesia.
Di markas Telkom Indonesia, Profesor Jeniyus segera mengambil komando, “Tembakkan sinar Melon Indonesia segera…!”
Sinar Melon Indonesia yang berwarna hijau langsung melesat menuju lubang hitam yang menganga. Pancaran sinar yang berasal dari kombinasi frekuensi musik itu, berusaha mengacaukan tatanan partikel yang terbentuk pada lubang hitam. Usaha itu membuahkan hasil, karena perlahan-lahan lubang hitam itu mulai mengecil dan intensitas penyerapan energi listriknya semakin berkurang. 
Namun teror itu belum selesai karena bagian depan pesawat asing alien masih berusaha menerobos kembali ke dalam lubang hitam yang semakin mengecil agar dapat masuk ke dalam Telkom City.
“Gawat, pesawat alien itu berusaha menembus lubang hitam. Kalau ini sampai terjadi keadaan di Telkom City akan kembali mencekam.”
Superspeedy tidak habis akal, dirinya lalu terbang mendekati kedua menara dan memasang jaring Telkom Speedy pada setiap ujungnya.
“Hiaaaat….” Superspeedy dengan kekuatan penuh menarik kedua menara itu hingga roboh. Lubang hitam pun semakin mengecil hingga akhirnya menghilang dari pandangan.
“Horeee… berhasil…!” sorak-sorai terdengar menggema di markas Telkom Indonesia.
Melalui gelombang Wifi Indonesia, Profesor menghubungi Superspeedy, “Selamat ya, kita telah meraih kemenangan. Oh iya, tadi Pak Walikota menelepon menitipkan ucapan terima kasih untukmu.”
“Hehe… Ini benar-benar hari yang melelahkan,” balas Superspeedy.
“Jadi apa rencanamu sekarang? Ayolah kembali ke markas, kita rayakan kemenangan ini.”
“Terima kasih, Prof. Sepertinya aku akan kembali ke hutan melanjutkan perkemahan yang tertunda,” jawab Superspeedy sambil tersenyum.
Superspeedy lalu melesat terbang, menjauhi Telkom City. Menuju sisi kota yang masih asri dengan kehidupan alamnya.
Be A Superspeedy, The World in Your Hand
- Tamat -

4 komentar:

Melanie Tan mengatakan...

waduuhh, aq yg kerja di telkomsel kok gak tau ya ada lomba blog competition ini? huaaaaa telaattt. Postingannya keren buanget... top markotop dah

DHIKAndang mengatakan...

Hehehe... aku juga telat taunya. Makanya baru posting

Nurmayanti Zain mengatakan...

aku tahu blog ini dari karya mantra maring
seremm banget, aku sampe takut beneran didatangi
(-'_'-)/ sukses selalu!

DHIKAndang mengatakan...

Terima kasih Nurmayati Zain :) sudah baca mantra maringnya, semoga tidak ada yang datang heuheu :D