18 April 2010

CLASSIC ROMANCE

Classic Romance identik dengan kehidupan cinta konvensional ber-setting masa lalu. Biasanya novel ini memiliki unsur budaya dan tradisi yang cukup kental. Berikut adalah kriteria pengiriman naskah Classic Romance:

* Panjang naskah 70-150 halaman A4, spasi 1, Times News Roman 12
* Kirimkan dalam bentuk print out (yang sudah dijilid rapi, tuntunya), sertakan sinopsis lengkap novelmu, plus form pengiriman naskah ke:


REDAKSI GAGASMEDIA
Jl. Haji Montong No. 57, Ciganjur
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630
(KODE NASKAH: CLASSIC ROMANCE—tulis di amplop naskahmu)


* Setiap naskah akan diproses langsung oleh redaksi. Waktu yang diperlukan 3-4 bulan, mengingat banyaknya naskah masuk setiap harinya. Harap maklum ya.
* Contoh novel Classic Romance:

1. From Batavia with Love (Karla M. Nashar)



PLOT
Ada dua jenis romance yang masuk kategori Classic Romance: romance sejarah dan romance konvensional. Seperti namanya, romance sejarah mengambil setting waktu berabad-abad lampau. Romance konvensional ber-setting lampau dan tahun sekarang, tapi temanya sangat dekat dengan budaya dan tradisi Indonesia. Bayangkan kisah cinta terlarang keturunan kraton dan orang biasa, atau hubungan yang ditentang orangtua karena masalah marga.

Saat mengerjakan novel Classic Romance, kamu tetap harus ingat: ini novel romance. Tetap perhatikan chemistry pasangan yang menjadi tokoh utama dan awasi baik-baik perkembangan cinta mereka.

SETTING
Konflik adat dan keluarga sangat kental di Classic Romance. Mainkan kreativitasmu untuk menciptakan setting yang memancing konflik kuat dan nggak mengada-ada, misalnya: acara keluarga besar yang memungkinkan clash antara cara pikir generasi muda dan generasi tua.

Kekuatan di novel-novel seperti ini terletak di setting waktu dan tempat. Kamu harus bisa meyakinkan pembaca bahwa semua kejadian di novelmu terjadi di waktu dan tempat yang kamu tetapkan. Karenanya, kamu sebaiknya melakukan riset yang cukup dulu sebelum mengerjakan novel ini.

DESKRIPSI
Hati-hati saat mencecerkan fakta di novel Classic Romance-mu. Menyelipkannya sebagai deskripsi—apalagi sampai kebanyakan—bisa membuat novelmu berubah jadi semi non-fiksi dan, lebih buruknya lagi, kayak brosur! Menjadikannya sebagai bagian dialog kadang-kadang malah membuat si tokoh seperti tukang obat yang cerewet. Sekali lagi, hati-hati. Nggak sedikit penulis yang terpeleset di kecenderungan ini.

LAIN-LAIN
Hati-hati dengan penggunaan bahasa slang. Noni-noni di Batavia belum kenal istilah ‘sumpe lo’ atau ‘kepo banget sih lo’. Oke, emang lucu sih... tapi nggak bakal lucu kalo novelmu terbit dan ada pembaca yang menemukan kesalahanmu itu.



Sepanas apa sih baiknya adegan seksi di Classic Romance? Bayangkan adegan-adegan romantis yang kamu temukan di kartun-kartun Disney (Cinderella, Snow White, you name it!).

Untuk mempermudah bayangan level sensualitas di novel romance, GagasMedia memakai teori 12 Steps to Intimacy-nya Desmond Morris sebagai panduan. Ingat, untuk Classic Romance ini, tingkat keintiman yang digunakan hanya sampai nomor 7.

1. Eye to body (deskripsi kekaguman saat pertama kali melihat pasangan)
Dari mata turun ke hati—begitulah cara paling simpel untuk menjelaskan level terendah dari sensualitas Desmond Morris ini. Contoh:
“Daniel?” panggilnya lembut.
Tapi laki-laki itu tak kunjung menoleh. Bahkan ketika Nadia berjalan pelan ke sofa empuk, tak jauh dari tempat laki-laki itu berdiri. Sosok tinggi dan atletis itu tetap di sana, bergeming seperti patung Yunani, dan membisu seperti batu. Sesuatu dari dalam diri Daniel membuat Nadia mendadak canggung. Dia lalu berdehem, sambil berusaha menawarkan perasaannya yang berdebar-debar.
“Daniel?” Dia memanggilnya lagi.

2. Eye to eye (saling bertatap mata)
Momen indah saat kedua orang yang jatuh cinta itu saling menatap. Contoh:
“Aku senang kamu ada di sini,” kata Devon sungguh-sungguh. Sesaat, mata mereka bertemu di udara. Waktu berhenti untuk mereka berdua.
“Aku juga,” aku Aria, tak berani berkedip barang sedetik pun. Dia tak ingin melewatkan saat-saat indah ini... sebelum Daniel meninggalkan Indonesia.

3. Voice to voice (percakapan romantis dengan pasangan)
Obrolan romantis, dari hati ke hati, adalah favorit sebagian besar pembaca romance. Bahkan, beberapa mengenangnya sebagai quote yang tak terlupakan. Contoh:
Alvin menarik napas panjang sebelum berkata, “Aku mencintaimu.”
Sebelum Dewi bereaksi atas ucapannya barusan, laki-laki itu buru-buru menempelkan telunjuknya di bibir perempuan itu. Setelah jeda beberapa saat, Alvin baru melanjutkan, “Aku tak bisa menjamin akulah yang kau inginkan. Tapi aku berjanji menjadi laki-laki yang kau butuhkan.
Dewi tak mampu berkata-kata. Matanya berkaca-kaca.

4. Hand to hand (berpegangan tangan dengan pasangan)
Sentuhan skin-to-skin (kulit bertemu kulit) dimulai sejak tahap ini. Dan cukup banyak juga cerita romantis dimulai dengan jabatan tangan. Contoh:
Untuk pertama kalinya, sejak sisa siang itu, Kania merasa tenang. Dia membiarkan Hadi memanjakannya di tempat tidur; memperbaiki letak bantal sehingga dia bisa menyandarkan tubuh dengan nyaman, membuatkan segelas teh melati. Setelah meletakkan cangkir berisi cairan hangat itu di bawah lampu meja, Hadi menggenggam tangannya dengan lembut. Jari-jari panjang laki-laki itu merangkul jari-jarinya seolah menjanjikan perlindungan—sesuatu yang bisa dia percayakan pada Hadi.
“Jangan mikir yang berat-berat dulu,” katanya, membelai punggung tangan Kania dan mengalirkan gejolak aneh di dalam dirinya. “Aku pengen kamu istirahat sepuasnya, biar pusingnya cepat sembuh.”

5. Arm to shoulder (menyentuh bahu pasangan)
Gestur romantis skin-to-skin masih berlanjut di tahap ini. Contoh:
Christopher menyentuh bahu Rachel dan gelenyar panas dengan cepat menjalari lengan sampai ke kuku-kuku tangannya. Padahal katanya kuku jari tak bisa merasakan apa-apa.
Rachel menggumam dalam hati, hanya karena Christopher tunangan kakaknya, bukan berarti dia kebal terhadap pesona laki-laki itu.
“Sudah malam,” ujarnya lembut.

6. Arm to waist (meletakkan tangan di pinggang)
Bayangkan adegan dansa, pelukan mesra dari belakang, atau momen ‘kecelakaan’ yang membawa pembaca ke suasana intens antar tokoh utama. Contoh:
Sejurus kemudian, Juliet menyesali kekeraskepalaannya. Menepis uluran tangan Romeo justru membuatnya terjerumus ke masalah yang lebih besar. Dia tergelincir di atas lantai marmer yang baru dipel itu dan laki-laki itu langsung sigap menangkap tubuhnya. Sesaat, Juliet merasa beruntung karena tak sampai mempermalukan diri di depan Romeo. Tapi merasakan lengan berotot laki-laki itu di pinggulnya adalah masalah besar.
“Lepaskan!” perintahnya dengan suara gemetar. Menatap langsung mata cokelat Romeo mengisi daftar panjang kesalahannya sepanjang hati itu.
“Tapi kamu nanti bakal jatuh.” Brengsek, dia tersenyum!

7. Mouth to mouth (berciuman)
Apa ini masih perlu dijelaskan? Semua yang berjiwa romantis tahu, berciuman dengan orang yang disayang akan menjadi kenangan terindah selamanya.... Contoh:
Tora mencondongkan tubuhnya dan menekan bibirnya ke bibir Lidya. Tuhan, bibirnya lembut dan mengingatkannya pada es krim. Lembut dan adiktif. Dia menemukan sensasi dingin mint dari permen karet yang tadi dikunyah cewek itu. Pikiran warasnya hilang sesaat, terbius pengalaman baru yang ditemukannya bersama Nadia.
“Apa kamu mikirin Gita saat nyium aku?” tanya Nadia setelah mereka menghentikan ciuman itu.
Tora nggak menjawab. Dan, seperti bisa membaca pikirannya, Lidya menampar cowok itu.


Narasumber: http://gagasmedia.net/gagas-romance/CLASSIC-ROMANCE.html

0 komentar: